Mengenal Kitab Jaami’ Al
Ushul Fii Ahaditsi Ar Rasul Karya Ibnul Atsir
Pendahuluan
Maksud dari kalimat الجوامع (al Jawaa’mi’) dalam pandangan
ulama hadits secara umum adalah kitab yang di dalamnya mencakup berbagai jenis
hadis; baik itu hadis-hadis akidah, hukum, adab, tafsir, sirah, dan sebagainya.
Hanya saja, Dr. Muhammad Mathar az Zahrani di dalam bukunya Tadwin as Sunnah
an Nabawiyyah menggaris bawahi bahwa yang dimaksud dengan al Jawami’
disini—dalam konteks penyusunan kitab hadis—adalah kitab yang penyusunnya
bermaksud menggabungkan berbagai hadis Nabawi secara mutlak, atau menggabungkan
kitab-kitab hadis secara khusus.[1]
Penyusunan kitab hadis dalam periode
ini merupakan masa penyusunan kitab hadits dengan metode menggabungkan beberapa
kitab hadis yang memiliki kesamaan dalam metode, susunan, takhrij, dan
kadang-kadang juga dalam syarahnya.[2]
Kitab-kitab dalam periode—atau dengan metode—al jawaami’ ini dapat
digolongkan dalam dua kategori; yaitu klasik dan kontemporer. Berikut ini
beberapa di antaranya:
1. Kitab-kitab
al Jawaami’ Klasik[3]
a. Bahr al
Asanid fii Shahih al Masanid karya Imam al Hafidz Muhammad Ahmad as Samarqandi (W. 491 H). adz
Dzahabi menyebutkan: “… dalam kitab ini dikumpulkan sebanyak 100.000 hadis
dalam 800 juz, jika dikategorikan niscaya tidak ada dalam Islam yang
sepertinya.”
b. Jami’ al
Ushul Li Ahadits ar Rasul Saw[4] karya al Hafidz Majidud Din Abu as Sa’adat Ibn
al Atsir (W. 606 H).
c. Jaami’
al Masaanid karya al Hafidz Ibn Katsir
(W. 774 H). Kitab ini menggabungkan hadis-hadis yang ada dalam kutubul
‘asyrah.[5] Ibn Katsir
wafat sebelum menyelesaikan penyusunan kitab tersebut.
d. Majma;
az Zawaid Wa Manba’ al Fawaid karya al
Hafidz Nuruddin al Haitsami (W. 807 H).
e. Ithaf al
Khairah al Maharrah Bi Zawaidi al Masanid al ‘Asyarah karya al Hafidz al Bushiri (W. 840 H).
f. Ithafu
as Saadah al Khairah al Maharrah Bi Athrafi al Kutub al ‘Asyrah karya al Hafidz Ibn Hajar (W. 852 H).
g. Al
Jaami’ al Kabir karya al Hafidz Jalaluddin as
Suyuthi (W. 911 H)
h. Al
Jaami’ ash Shaagir yang juga karya dari al
Hafidz as Suyuthi.
i. Ziyaadah
al Jaami’ ash Shaagir karya as Suyuthi, kitab ini
adalah tambahan terhadap kitab al Jaami ash Shaagir.
j. Kanzu al
‘Umal Fii Sunani al Akwal Wa al Af’al karya al Hindi (W. 985 H). kitab ini adalah tartib (susunan)
baru dari 3 kitab al Jami’ milik as Suyuthi dengan corak fikih.
k. Al
Jaami’ al Azhar min Hadiitsi al Nabiyyi al Anwar karya al Hafidz al Manaawi (W. 1031 H).
2. Kitab-kitab
al Jawaami’ Kontemporer[6]
a. At Taaju
al Jaami’ Li al Ushul Fii Ahadits ar Rasul Saw karya Muhammad ‘Ali Naasif (W. 1371 H). kitab
ini merupakan gabungan dari kutubus sittah.
b. Al
Lukluk wa al Marjan Fiimaa Ittafaqa asy Syaikhan karya Muhammad Fuad abd al Baaqi’ (199-1388 H).
c. Mausu’ah
al Hadis an Nabawi karya Abd al Malik Abu Bakar
Qadhi.
d. Al
Musnad al Jaami’ karya Abul Mu’athi an Nuuri,
Ahmad ‘Iid, Aiman al Zamili, dan Mahmud Khalil.
e. Al
Jaami’ Baina as Shahihain Lil Imaamaini al Bukhari Wa Muslim karya Shalih Ahmad Syaami.
f. Jawaahir
al Bihar Fii al Ahadits as Shahihah al Qashar karya Abdullah bin Abd Qadir at Taliidi.
g. Mausu’ah
al Ahadits Wa al Atsar adh Dha’ifah Wa al Maudlu’ah karya Ali al Halabi, Ibrahim al Qisi, dan Hamdi
Murad.
h. Al
Mut’ah Fii Bayan al Ahadits Allati Ittafaqa’Alaiha as Sab’ah karya Ibrahim bin Abdullah al Hazimi.
i. Shahih
al Huffadz Mimma Ittafaqa’Alaihi al Aimmah as Sittah karya ‘Iwad Khalaf.
j. Shafwah
al Ahadits an Nabawiyyah asy Syarifah: al Ahadits Allati Ittafaqa ‘Ala
Sihhatiha ‘Adadun Min Aimmah al Hadits karya Abdul Qadir Muhammad al Maki al Kattani.
Biografi
Ibnul Atsir
Imam Abu
as Sa’adat al Mubarok bin Muhammad bin Abdul Karim bin Abdul Wahid as Syaibani
al Jazri dikenal dengan nama Ibnul Atsir. Beliau dilahirkan di jazirah Ibn Umar
pada tahun 544 H. ia bertalaqi kepada para ulama tentang tafsir, hadis, nahwu,
lughah, dan fikih. Ia rihlah ke Maushil, tumbuh di sana, serta hafal quran di
negri tersebut.[7]
Ia mempelajari adab kepada Nasihuddin Abi Muhammad Sa’id
bin al Mubarok bin ad Dahan bin al Baghdadi, Abu Bakar Yahya bin Sa’dun al
Qurthubi dan Abul Hazm Maki bin ar Rayan bin Syabbah an Nahwi adh Dharir.
Menerima hadis dari banyak ulama di Maushil; beberapa di antaranya adalah
Khatib di tempat tersebut yakni Abul Fadhl Abdullah bin Ahmad bin Muhammad ath
Thusi, ia juga mendatangi Baghdad lalu menerima hadis dari Abul Qasim Shahib
Ibn al Khalli, dan Abdul Wahhab bin Sukainah. Setelah itu ia kembali ke Maushil
dan meriwayatkan kembali hadis-hadis yang ia terima dari para ulama.[8]
Ibnul Atsir berkata di awal kitab al “al Wasyyu”:
“Aku hafal sya’ir-sya’ir yang aku tidak dapat menghitungnya, kemudian aku pun
meringkas Diwan Abu tammam, al Bukhtari, dan al Mutanabbi serta menghafalnya.”[9]
Ulama besar ini menyusun banyak kitab, beberapa di
antaranya seperti kitab Gharib al Hadits yang ia susun berdasarkan huruf
Mu’jam (alphabet); kitab ini lebih dikenal dengan nama “an Nihayah”. Kemudian
asy Syafi Fii Syarh Musnad asy Syafi’i, al Anshaf bainal Kasyf wa al
Kasyf, ia juga menggabungkan antara tafsir ats Tsa’labi dan az Zamakhsyari.
Dalam ilmu Nahwu ia menyusun kitab yang berjudul al Badi’ dan al
Bahir fii al Furuq, kemudian kitab Tahdzib Fushul Ibn Dahan, al
Musthafa al Mukhtar Min al Ad’iyyah Wa al Adzkar, dan sebagainya.[10]
Ibnul Atsir wafat pada bulan Rabi’ul akhir 1637 H. semoga
Allah Swt meridhainya.[11]
Mengenal Jaami’ al Ushul Fii Ahaditsi ar Rasul
Nama kitab ini adalah Jaami’ al Ushul Fii Ahadits
ar Rasul, kitab ini menggabungkan hadis-hadis dalam 6 kitab yang
berbeda; yakni Muwattha’, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasai.
Sekelumit
tentang kitab ini, Ibnul Atsir sendiri menjelaskan dalam muqaddimahnya yang
ringkasnya seperti ini; Ibnul Atsir menyebutkan bahwa kitabnya ini terbagi
kepada 3 bagian, yaitu; Pertama, Mabadi’ (permulaan). Kedua,
Maqaasid (maksud—isi—pen). Ketiga, khawatim
(penutup).
1.
Mabadi’
Pada
bagian ini terdapat pembahasan latar belakang penyusunan kitab dan sekelumit mengenai
ilmu hadis yang terbagi ke dalam 5 Bab dan beberapa fasal. Jika diskemakan,
gambarannya seperti ini:
Bab
|
Fasal
|
1)
Pendorong
disusunnya Kitab
|
a.
Penyebaran
Ilmu Hadis dan Permulaan Pengumpulan Serta Penyusunannya
b.Perbedaan Tujuan Manusia
dalam Penyusunan Hadis
c. Iqtida’nya Ulama Mutaakhirin
kepada Ulama Sabiqiin dan Sebab Peringkasan terhadap Karya-karya
Mereka
d.Ringkasan Tujuan
Mengumpulkan Kitab Ini
|
2)
Metode
Penyusunan Kitab
|
a.
Penyebutan
Sanad dan Matan
b. Penjelasan
Asonansi dan Penetapan Kitab-kitab dalam
Hurup
c. Penjelasan
Nama-nama Rawi
d. Penjelasan
Kata Gharib dan Syarh
e. Petunjuk
terhadap Hadis-hadis yang Majhul
|
3)
Penjelasan
Ushul Hadis: Hukum dan Apa-apa yang berkaitan dengannya
|
a.
Metode
Periwayatan Hadis dan Riwayatnya
b.Jarah dan Ta’dil
c. Nasakh
d.Macam-macam Hadis Shahih
dan Dusta
|
4)
Biografi
6 Imam
|
a.
Imam
Malik
b.Imam Bukhari
c. Imam
Muslim
d.Imam Abu Dawud
e. Imam
Tirmidzi
f. Imam
Nasa’i
|
5)
Penyebutan
Sanad-sanad Kitab-kitab Ushul dalam Kitab Ini
|
…
|
2.
Maqaasid
Pada
bagian yang kedua ini, barulah Ibnul Atsir memulai pembahasan pokok kitab ini,
yaitu menyebutkan hadis-hadis dalam kitab-kitab dan bab-bab khusus dengan
susunan alphabet mulai dari hamzah (أ) sampai ya (ي), khusus pada juz pertama ini, ia
mencantumkan hadis-hadis dalam 10 kitab dengan nama kitab yang di mulai dengan
huruf hamzah.
3.
Khawatim
Secara
singkat, bagian ini khusus berisi biografi sahabat, tabi’in, dan yang lainnya
selain mereka yang namanya disebut dalam kitab ini.
Metode
Ibnul Atsir dalam menyusun kitab ini sebagaimana yang disebutkan oleh Abd al
Qadir al Arnauth. Yakni sebagai berikut:[12]
1)
Membuang sanad hingga tak tersisa kecuali nama
sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut dari Nabi Saw. jika riwayat tersebut
adalah sebuah hadis atau khabar. Jika riwayat tersebut adalah sebuah atsar,
maka ia menyebutkan nama orang yang meriwayatkan hadis tersebut dari sahabat.
2)
Untuk matan hadis, dapat dibedakan mana khabar,
atsar, dan perkataan tabi’in atau Imam-imam mujtahidin, maka ia tidak
menyebutkannya kecuali sesekali saja.
3)
Dalam hadis-hadis Bukhari dan Muslim, ia
bersandar pada kitab “Al Jam’u Baina ash Shahihain” karya al Humaidi.
Menurutnya, kitab al Humaidi adalah kitab paling baik dengan metodenya, dan
paling mendalam maksud periwayatannya. Adapun untuk empat kitab lainnya, ia
langsung menukilnya dari kitab yang ia baca dan terima.
4)
Lebih memprioritaskan lafadz-lafadz Bukhari dan
Muslim ketimbang empat kitab yang lainnya.
5)
Menyamakan metode yang ditempuh dalam tartib dan pembagian bab
dengan dengan kitab-kitab yang ia ambil (ushulus sittah) karena
kitab-kitab tersebut memang menyebutkan hadis-hadis dalam bab tertentu serta
memiliki makna-makna tertentu yang sesuai dengan babnya.
6)
Meriwayatkan hadis dengan menyebutkan
kitab-kitab apa saja di antara yang enam yang mengeluarkannya. Kemudian
menyusunnya dengan susunan mu’jam (alphabet).
[1] Muhammad bin Mathar az
Zahrani, Tadwin as Sunnah an Nabawiyyah: Nasyatuhu Wa Tathawwuruhu Min al
Qarn al Awwal ila Nihayah al Qarn at Taasi’ al Hijri, Riyadh, Dar al
Hijrah, cetakan pertama, thn. 1417 H/1996 M, hal. 258.
[2] Khaldun Muhammad Salim al
Ahdab, Tashnif Fii as Sunnah an Nabawiyyah: Min Bidayah al Muntashif ats
Tsani Lilqarni ar Rabi’ ‘Asyr al Hijri ila al Waqti al Hadir, hal. 64.
[3] Muhammad bin Mathar az
Zahrani, Tadwin as Sunnah an Nabawiyyah, hal. 248-252.
[4] Atau Jami’ al Ushul Fii
Ahadits ar Rasul.
[5] Kutubus sittah
ditambah Musnad Ahmad, Musnad al Bazzar, Musnad Ya’la al Maushuli, dan Mu’jam
al Kabir ath Thabrani.
[6] Khaldun Muhammad Salim al
Ahdab, Tashnif Fii as Sunnah an Nabawiyyah, hal. 64-67.
[7] Ibnul Atsir, Jaami’ al
Ushul Fii Ahadits ar Rasul, Maktabaha al Halwaani; Mathba’ah al Millah;
Maktabah Dar al Bayan, cetakan pertama, thn. 1389 H/1969 M, hal. 11. (Tahqiq,
Takhrij, dan Ta’liq oleh: Abd al Qadir al Arnauth).
[8] Ibid.
[9] Adz Dzahabi, Siyaar A’lam
an Nubala, Beirut, Muassasah ar Risalah, cet. 2, thn. 1432 H/2011 M, jld.
23, hal. 72.
0 komentar:
Posting Komentar