Rabu, 12 Maret 2014

Kitab Majami’ al Haditsiyyah:

Mengenal Kitab Jaami’ Al Ushul Fii Ahaditsi Ar Rasul Karya Ibnul Atsir
Pendahuluan
            Maksud dari kalimat الجوامع (al Jawaa’mi’) dalam pandangan ulama hadits secara umum adalah kitab yang di dalamnya mencakup berbagai jenis hadis; baik itu hadis-hadis akidah, hukum, adab, tafsir, sirah, dan sebagainya. Hanya saja, Dr. Muhammad Mathar az Zahrani di dalam bukunya Tadwin as Sunnah an Nabawiyyah menggaris bawahi bahwa yang dimaksud dengan al Jawami’ disini—dalam konteks penyusunan kitab hadis—adalah kitab yang penyusunnya bermaksud menggabungkan berbagai hadis Nabawi secara mutlak, atau menggabungkan kitab-kitab hadis secara khusus.[1]
            Penyusunan kitab hadis dalam periode ini merupakan masa penyusunan kitab hadits dengan metode menggabungkan beberapa kitab hadis yang memiliki kesamaan dalam metode, susunan, takhrij, dan kadang-kadang juga dalam syarahnya.[2] Kitab-kitab dalam periode—atau dengan metode—al jawaami’ ini dapat digolongkan dalam dua kategori; yaitu klasik dan kontemporer. Berikut ini beberapa di antaranya:

1.   Kitab-kitab al Jawaami’ Klasik[3]
a.    Bahr al Asanid fii Shahih al Masanid karya Imam al Hafidz Muhammad Ahmad as Samarqandi (W. 491 H). adz Dzahabi menyebutkan: “… dalam kitab ini dikumpulkan sebanyak 100.000 hadis dalam 800 juz, jika dikategorikan niscaya tidak ada dalam Islam yang sepertinya.”
b.   Jami’ al Ushul Li Ahadits ar Rasul Saw[4] karya al Hafidz Majidud Din Abu as Sa’adat Ibn al Atsir (W. 606 H).
c.    Jaami’ al Masaanid karya al Hafidz Ibn Katsir (W. 774 H). Kitab ini menggabungkan hadis-hadis yang ada dalam kutubul ‘asyrah.[5] Ibn Katsir wafat sebelum menyelesaikan penyusunan kitab tersebut.
d.   Majma; az Zawaid Wa Manba’ al Fawaid karya al Hafidz Nuruddin al Haitsami (W. 807 H).
e.    Ithaf al Khairah al Maharrah Bi Zawaidi al Masanid al ‘Asyarah karya al Hafidz al Bushiri (W. 840 H).
f.     Ithafu as Saadah al Khairah al Maharrah Bi Athrafi al Kutub al ‘Asyrah karya al Hafidz Ibn Hajar (W. 852 H).
g.    Al Jaami’ al Kabir karya al Hafidz Jalaluddin as Suyuthi (W. 911 H)
h.   Al Jaami’ ash Shaagir yang juga karya dari al Hafidz as Suyuthi.
i.     Ziyaadah al Jaami’ ash Shaagir karya as Suyuthi, kitab ini adalah tambahan terhadap kitab al Jaami ash Shaagir.
j.     Kanzu al ‘Umal Fii Sunani al Akwal Wa al Af’al karya al Hindi (W. 985 H). kitab ini adalah tartib (susunan) baru dari 3 kitab al Jami’ milik as Suyuthi dengan corak fikih.
k.   Al Jaami’ al Azhar min Hadiitsi al Nabiyyi al Anwar karya al Hafidz al Manaawi (W. 1031 H).
2.   Kitab-kitab al Jawaami’ Kontemporer[6]
a.    At Taaju al Jaami’ Li al Ushul Fii Ahadits ar Rasul Saw karya Muhammad ‘Ali Naasif (W. 1371 H). kitab ini merupakan gabungan dari kutubus sittah.
b.   Al Lukluk wa al Marjan Fiimaa Ittafaqa asy Syaikhan karya Muhammad Fuad abd al Baaqi’ (199-1388 H).
c.    Mausu’ah al Hadis an Nabawi karya Abd al Malik Abu Bakar Qadhi.
d.   Al Musnad al Jaami’ karya Abul Mu’athi an Nuuri, Ahmad ‘Iid, Aiman al Zamili, dan Mahmud Khalil.
e.    Al Jaami’ Baina as Shahihain Lil Imaamaini al Bukhari Wa Muslim karya Shalih Ahmad Syaami.
f.     Jawaahir al Bihar Fii al Ahadits as Shahihah al Qashar karya Abdullah bin Abd Qadir at Taliidi.
g.    Mausu’ah al Ahadits Wa al Atsar adh Dha’ifah Wa al Maudlu’ah karya Ali al Halabi, Ibrahim al Qisi, dan Hamdi Murad.
h.   Al Mut’ah Fii Bayan al Ahadits Allati Ittafaqa’Alaiha as Sab’ah karya Ibrahim bin Abdullah al Hazimi.
i.     Shahih al Huffadz Mimma Ittafaqa’Alaihi al Aimmah as Sittah karya ‘Iwad Khalaf.
j.     Shafwah al Ahadits an Nabawiyyah asy Syarifah: al Ahadits Allati Ittafaqa ‘Ala Sihhatiha ‘Adadun Min Aimmah al Hadits karya Abdul Qadir Muhammad al Maki al Kattani.
Biografi Ibnul Atsir
            Imam Abu as Sa’adat al Mubarok bin Muhammad bin Abdul Karim bin Abdul Wahid as Syaibani al Jazri dikenal dengan nama Ibnul Atsir. Beliau dilahirkan di jazirah Ibn Umar pada tahun 544 H. ia bertalaqi kepada para ulama tentang tafsir, hadis, nahwu, lughah, dan fikih. Ia rihlah ke Maushil, tumbuh di sana, serta hafal quran di negri tersebut.[7]
            Ia mempelajari adab kepada Nasihuddin Abi Muhammad Sa’id bin al Mubarok bin ad Dahan bin al Baghdadi, Abu Bakar Yahya bin Sa’dun al Qurthubi dan Abul Hazm Maki bin ar Rayan bin Syabbah an Nahwi adh Dharir. Menerima hadis dari banyak ulama di Maushil; beberapa di antaranya adalah Khatib di tempat tersebut yakni Abul Fadhl Abdullah bin Ahmad bin Muhammad ath Thusi, ia juga mendatangi Baghdad lalu menerima hadis dari Abul Qasim Shahib Ibn al Khalli, dan Abdul Wahhab bin Sukainah. Setelah itu ia kembali ke Maushil dan meriwayatkan kembali hadis-hadis yang ia terima dari para ulama.[8]
            Ibnul Atsir berkata di awal kitab al “al Wasyyu”: “Aku hafal sya’ir-sya’ir yang aku tidak dapat menghitungnya, kemudian aku pun meringkas Diwan Abu tammam, al Bukhtari, dan al Mutanabbi serta menghafalnya.”[9]
            Ulama besar ini menyusun banyak kitab, beberapa di antaranya seperti kitab Gharib al Hadits yang ia susun berdasarkan huruf Mu’jam (alphabet); kitab ini lebih dikenal dengan nama “an Nihayah”. Kemudian asy Syafi Fii Syarh Musnad asy Syafi’i, al Anshaf bainal Kasyf wa al Kasyf, ia juga menggabungkan antara tafsir ats Tsa’labi dan az Zamakhsyari. Dalam ilmu Nahwu ia menyusun kitab yang berjudul al Badi’ dan al Bahir fii al Furuq, kemudian kitab Tahdzib Fushul Ibn Dahan, al Musthafa al Mukhtar Min al Ad’iyyah Wa al Adzkar, dan sebagainya.[10]
            Ibnul Atsir wafat pada bulan Rabi’ul akhir 1637 H. semoga Allah Swt meridhainya.[11]
Mengenal Jaami’ al Ushul Fii Ahaditsi ar Rasul
            Nama kitab ini adalah Jaami’ al Ushul Fii Ahadits ar Rasul, kitab ini menggabungkan hadis-hadis dalam 6 kitab yang berbeda; yakni Muwattha’, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasai.
Sekelumit tentang kitab ini, Ibnul Atsir sendiri menjelaskan dalam muqaddimahnya yang ringkasnya seperti ini; Ibnul Atsir menyebutkan bahwa kitabnya ini terbagi kepada 3 bagian, yaitu; Pertama, Mabadi’ (permulaan). Kedua, Maqaasid (maksud—isi—pen). Ketiga, khawatim (penutup).
1.   Mabadi
Pada bagian ini terdapat pembahasan latar belakang penyusunan kitab dan sekelumit mengenai ilmu hadis yang terbagi ke dalam 5 Bab dan beberapa fasal. Jika diskemakan, gambarannya seperti ini:

Bab

Fasal

1)   Pendorong disusunnya Kitab

a. Penyebaran Ilmu Hadis dan Permulaan Pengumpulan Serta Penyusunannya

b.Perbedaan Tujuan Manusia dalam Penyusunan Hadis
c. Iqtida’nya Ulama Mutaakhirin kepada Ulama Sabiqiin dan Sebab Peringkasan terhadap Karya-karya Mereka
d.Ringkasan Tujuan Mengumpulkan Kitab Ini

2)   Metode Penyusunan Kitab

a.  Penyebutan Sanad dan Matan

b. Penjelasan Asonansi dan Penetapan Kitab-kitab dalam  Hurup
c.  Penjelasan Nama-nama Rawi
d. Penjelasan Kata Gharib dan Syarh
e.  Petunjuk terhadap Hadis-hadis yang Majhul

3)   Penjelasan Ushul Hadis: Hukum dan Apa-apa yang berkaitan dengannya

a. Metode Periwayatan Hadis dan Riwayatnya

b.Jarah dan Ta’dil
c. Nasakh
d.Macam-macam Hadis Shahih dan Dusta

4)   Biografi 6 Imam

a. Imam Malik

b.Imam Bukhari
c. Imam Muslim
d.Imam Abu Dawud
e. Imam Tirmidzi
f.  Imam Nasa’i

5)   Penyebutan Sanad-sanad Kitab-kitab Ushul dalam Kitab Ini

2.   Maqaasid
Pada bagian yang kedua ini, barulah Ibnul Atsir memulai pembahasan pokok kitab ini, yaitu menyebutkan hadis-hadis dalam kitab-kitab dan bab-bab khusus dengan susunan alphabet mulai dari hamzah (أ) sampai ya (ي), khusus pada juz pertama ini, ia mencantumkan hadis-hadis dalam 10 kitab dengan nama kitab yang di mulai dengan huruf hamzah.
3.   Khawatim
Secara singkat, bagian ini khusus berisi biografi sahabat, tabi’in, dan yang lainnya selain mereka yang namanya disebut dalam kitab ini.
Metode Ibnul Atsir dalam menyusun kitab ini sebagaimana yang disebutkan oleh Abd al Qadir al Arnauth. Yakni sebagai berikut:[12]
1)      Membuang sanad hingga tak tersisa kecuali nama sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut dari Nabi Saw. jika riwayat tersebut adalah sebuah hadis atau khabar. Jika riwayat tersebut adalah sebuah atsar, maka ia menyebutkan nama orang yang meriwayatkan hadis tersebut dari sahabat.
2)      Untuk matan hadis, dapat dibedakan mana khabar, atsar, dan perkataan tabi’in atau Imam-imam mujtahidin, maka ia tidak menyebutkannya kecuali sesekali saja.
3)      Dalam hadis-hadis Bukhari dan Muslim, ia bersandar pada kitab “Al Jam’u Baina ash Shahihain” karya al Humaidi. Menurutnya, kitab al Humaidi adalah kitab paling baik dengan metodenya, dan paling mendalam maksud periwayatannya. Adapun untuk empat kitab lainnya, ia langsung menukilnya dari kitab yang ia baca dan terima.
4)      Lebih memprioritaskan lafadz-lafadz Bukhari dan Muslim ketimbang empat kitab yang lainnya.
5)      Menyamakan metode yang  ditempuh dalam tartib dan pembagian bab dengan dengan kitab-kitab yang ia ambil (ushulus sittah) karena kitab-kitab tersebut memang menyebutkan hadis-hadis dalam bab tertentu serta memiliki makna-makna tertentu yang sesuai dengan babnya.
6)      Meriwayatkan hadis dengan menyebutkan kitab-kitab apa saja di antara yang enam yang mengeluarkannya. Kemudian menyusunnya dengan susunan mu’jam (alphabet).






[1] Muhammad bin Mathar az Zahrani, Tadwin as Sunnah an Nabawiyyah: Nasyatuhu Wa Tathawwuruhu Min al Qarn al Awwal ila Nihayah al Qarn at Taasi’ al Hijri, Riyadh, Dar al Hijrah, cetakan pertama, thn. 1417 H/1996 M, hal. 258.
[2] Khaldun Muhammad Salim al Ahdab, Tashnif Fii as Sunnah an Nabawiyyah: Min Bidayah al Muntashif ats Tsani Lilqarni ar Rabi’ ‘Asyr al Hijri ila al Waqti al Hadir, hal. 64.
[3] Muhammad bin Mathar az Zahrani, Tadwin as Sunnah an Nabawiyyah, hal. 248-252.
[4] Atau Jami’ al Ushul Fii Ahadits ar Rasul.
[5] Kutubus sittah ditambah Musnad Ahmad, Musnad al Bazzar, Musnad Ya’la al Maushuli, dan Mu’jam al Kabir ath Thabrani.
[6] Khaldun Muhammad Salim al Ahdab, Tashnif Fii as Sunnah an Nabawiyyah, hal. 64-67.
[7] Ibnul Atsir, Jaami’ al Ushul Fii Ahadits ar Rasul, Maktabaha al Halwaani; Mathba’ah al Millah; Maktabah Dar al Bayan, cetakan pertama, thn. 1389 H/1969 M, hal. 11. (Tahqiq, Takhrij, dan Ta’liq oleh: Abd al Qadir al Arnauth).
[8] Ibid.
[9] Adz Dzahabi, Siyaar A’lam an Nubala, Beirut, Muassasah ar Risalah, cet. 2, thn. 1432 H/2011 M, jld. 23, hal. 72.
[10] Ibnul Atsir, Jaami’ al Ushul Fii Ahadits ar Rasul, hal. 12.
[11] Adz Dzahabi, Siyaar A’lam an Nubala, hal. 73.
[12] Ibnul Atsir, Jaami’ al Ushul Fii Ahadits ar Rasul, hal. 5-

0 komentar:

Posting Komentar